PANDEMI COVID-19 MENGUJI KEPROFESIONALISME PENDIDIK DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 10 JEMBER
PANDEMI COVID-19 MENGUJI KEPROFESIONALISME PENDIDIK
DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 10 JEMBER
ARIF, M.Pd
Pendidik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 10 Jember
Pendahuluan
Situasi di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja, disebabkan oleh virus corona yang berasal dari Wuhan kini virus tersebut sudah menyebar di Indonesia. Akibat pandemi ini pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yakni Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilaksanakan secara daring online, yang mana proses belajar mengajar tidak dilaksanakan secara tatap muka. Hal ini merupakan kegiatan pembelajaran baru bagi pendidik dan siswa. Pendidik sebagai pemandu awal proses belajar mengajar yang biasanya mengajar di dalam kelas, namun kini kegiatan tersebut dilaksanakan secara daring. Peran pendidik sangat penting disini karena selain menjadi motivator dalam belajar pendidik juga sebagai penggerak untuk menumbuhkan bahkan meningkatkan minat belajar peserta didik.
Madrasah Tsanawiyah Negeri 10 Jember berfungsi membentuk siswa menjadi pribadi yang utuh. Dimana pendidik di madrasah berperan mendidik, mengajar serta memfasilitasi siswanya hingga tercapainya tujuan pembelajaran begitu juga dengan pembelajaran yang dilaksanakan secara daring pendidik harus menyesuaikan bagaimana kegiatan belajar mengajar (KBM) di madrasah dan daring tidak bertatap muka. Ada banyak karakter siswa di sekolah dari yang rajin hingga yang malas. Ada siswa yang mempunyai minat yang tinggi terhadap pembelajaran ada pula yang kurang berminat, sehingga malas dalam belajar dan mengerjakan kegiatan kagiatan lain yang kontra dari tercapainya suatu tujuan pembelajaran, sehingga pendidik berperan ekstra untuk meningkatkan minat belajar siswa. Pendidik menjadi salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidik merupakan titik sentral didalam tenaga Pendidikan yang berhubungan langsung dengan peserta didik sehingga dijadikan sebagai tauladan bagi peserta didik.
Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19
Dunia sedang berjuang melawan Covid-19, lembaga pendidikan khususnya di MTs Negeri 10 Jember sudah cepat melakukan antisipasi. Sebagaimana yang dilakukan pada masa pandemi influenza, praktek yang paling sering diterapkan di MTs Negeri 10 Jember adalah membatalkan atau menunda kegiatan pembelajaran di madrasah, membatalkan kelas atau kegiatan dengan tingkat pencampuran/kontak yang tinggi yang terjadi dalam jam belajar, dan mengurangi interaksi fisik selama menggunakan alat transportasi. Lembaga Pendidikan harus ditutup sementara, mengikuti instruksi pemerintah kabupaten satgas Covid-19 dan Kementerian Agama Kabupaten Jember, sehingga mempengaruhi sistem akademik. Stakeholder di madrasah khusus pendidik harus menemukan alternatif baru untuk melaksanakan pembelajaran, dan kelas virtual/pembelajaran daring adalah jalan ke depan yang paling mungkin dilakukan. memasukkan pembelajaran daring sebagai solusi bagi lembaga pendidikan bahwa penting untuk mempertahankan pembelajaran dan untuk melibatkan siswa dalam kegiatan konstruktif saat mereka tidak di madrasah.
Melibatkan peserta didik pada tingkat apa pun akan memberi mereka rasa normal selama krisis, serta memberikan jalan keluar yang membangun terkait interaksi pembelajaran. Mempertahankan kegiatan rutin atau normal selama keadaan darurat merupakan langkah penanganan positif yang membantu mempercepat pemulihan setelah krisis. Kelangsungan pendidikan selama pandemi akan tergantung pada berbagai faktor, seperti tingkat persiapan madrasah, kesiapan orang tua/keluarga, serta kesiapan guru. Pertimbangan harus diberikan pada kebutuhan semua siswa untuk terus memberikan pendidikan selama berlangsungnya pandemi. Selain menggunakan copy dari bahan ajar, seperti buku, buku kerja, dan pendidik diharuskan mendesain media pembelajaran berupa power poin dan video pembelajaran, madrasah dapat menggunakan berbagai solusi berbasis teknologi untuk meningkatkan kemungkinan siswa dapat melanjutkan aktivitas pembelajaran mereka.
Implementasi pembelajaran di MTs Negeri 10 Jember dilaksanakan secara daring, paling banyak dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi WhatsApp dengan pertimbangan rata-rata guru dan siswa atau orang tua siswa memiliki aplikasi ini pada gadget masing- masing. Aplikasi ini memiliki fitur WhatsApp Group sehingga pendidik dan siswa dapat berdiskusi serta saling berbagi dokumen. Pendidik memanfaatkan fitur ini untuk membagi dokumen materi pembelajaran dan tugas bagi siswa, kemudian siswa akan mengirimkan tugas yang telah mereka selesaikan melalui grup ini pula. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian tugas disertai pemantauan dan pendampingan oleh pendidik.Langkah yang dilakukan adalah guru meminta bantuan orang tua maupun kakak siswa sebagai narahubung dengan pemberitahuan lebih dulu melalui WhatsApp Group. Selain itu, perlu disertakan pula koordinasi dan interaksi antara pendidik dan orang tua siswa berupa video call maupun foto dokumentasi kegiatan belajar siswa di rumah sebagai bentuk laporan bahwa siswa benar-benar melaksanakan pembelajaran di rumah.
Mengungkapkan beberapa tantangan dan kendala yang dialami oleh siswa, pendidik, dan orang tua dalam pembelajaran online. Tantangan yang terkait dengan siswa adalah komunikasi dan sosialisasi yang terbatas di antara siswa, tantangan yang lebih tinggi bagi siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus, dan waktu penyaringan yang lebih lama. Orang tua melihat masalah itu lebih terkait dengan kurangnya disiplin belajar di rumah, lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk membimbing dan menginstruksikan belajar anak-anak mereka di rumah. Terutama siswa yang tidak memiliki fasilitas gadget, kurangnya keterampilan teknologi, dan pembelian data internet. Sehingga pendidik mengidentifikasi lebih banyak tantangan dan kendala, termasuk beberapa pembatasan dalam pilihan metode pengajaran yang biasanya berlaku di kelas tatap muka reguler, cakupan materi kurikulum yang lebih sedikit, kurangnya keterampilan teknologi yang menghambat potensi pembelajaran online, kurangnya kemampuan berbagai sumber dalam bahasa Indonesia yang menghasilkan lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan konten, waktu layar yang lebih lama sebagai hasil dari pembuatan konten dan memberikan umpan balik pada pekerjaan siswa, komunikasi yang lebih intens dan memakan waktu dengan orang tua, tantangan untuk koordinasi yang lebih baik dengan pendidik, kepala sekolah, dan pembelian data internet.
Pandemi Covid-19 Terhadap Pendidik
Munculnya Covid-19 berfungsi untuk mengingatkan kita di semua lintas disiplin yang berbeda bahwa kita selalu harus siap dengan mengikuti pendekatan semua bahaya. Pentingnya kemitraan dan pribadi yang berkelanjutan tidak cukup hanya ditekankan. Kita akan melewati Covid-19 dengan menerapkan komunikasi, kolaborasi, kerja sama, dan koordinasi yang baik.
Bagaimanapun, kompetensi pendidik di MTs Negeri 10 Jember menjadi penentu utama keberhasilan proses pembelajaran, termasuk di Indonesia. Pendidik akan berusaha sedapat mungkin agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan berhasil. Pendidik berperan sebagai pengorganisasi lingkungan belajar dan sekaligus sebagai fasilitator belajar. Untuk memenuhi itu, maka pendidik haruslah memenuhi aspek bahwa pendidik sebagai model, perencana, pendesain, pemimpin, dan penunjuk jalan atau pembimbing ke arah pusat-pusat belajar. Pendidik berperan untuk mengarahkan dan memberi fasilitas belajar kepada peserta didik (directing and facilitating the learning) agar proses belajar berjalan secara memadai, tidak semata-mata memberikan informasi. Bagaimana dan apapun bentuk strategi, model, dan media pembelajaran yang digunakan pendidik, sejatinya diorientasikan pada satu syarat utama, yaitu menarik sehingga menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini juga berlaku di masa pandemi Covid-19.
Dalam konteks pembelajaran daring, tentu apresiasi layak diberikan kepada pendidik, madrasah, peserta didik, dan bahkan orang tua/wali murid karena mereka mampu beradaptasi dengan cepat. Namun, seiring berjalannya waktu semua pihak perlu mengevaluasi pembelajaran daring tersebut agar tujuannya bisa tercapai secara optimal. Beban belajar peserta didik harus logis dan terukur. Banyaknya tugas atau tagihan yang diberikan pendidik menjadi keluhan umum dalam pembelajaran daring. Beban belajar peserta didik tentunya harus diperhitungkan, terukur, baik secara materi maupun waktu. Pendidik dapat memberikan yang lebih menantang dan menarik, misalnya mengamati, mencoba, dan menganalis. Dalam pembelajaran daring pun-meskipun dilakukan secara jarak jauh-sapaan, respon, umpan balik, penghargaan terhadap hasil pekerjaan peserta tidak boleh terlupakan. Jangan sampai muncul anggapan bahwa peserta didik seakan diperdaya karena tugas yang sangat banyak, tidak logis, dan tanpa umpan balik. Jangan sampai pekerjaan yang sudah dikerjakan maksimal oleh peserta didik, tetapi guru tidak mengoreksi.
Apresiasi terhadap capaian siswa perlu diberikan pendidik agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Salah satu tujuan pembelajaran termasuk dalam hal ini pembelajaran daring adalah pencapaian kompetensi peserta didik yang dikenal dengan 4C, yaitu (1) critical thinking (berpikir kritis) yang mengarahkan peserta didik untuk untuk dapat menyelesaikan masalah (problem solving); (2) creativity thinking (berpikir kreatif) dapat dimaknai guru dapat mendampingi peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi mampu berpikir dan melihat suatu masalah dari berbagai sisi atau perspektif; (3) collaboration (bekerja sama atau berkolaborasi) agar peserta didik mampu dan siap untuk bekerja sama dengan siapa saja dalam kehidupannya mendatang dan (4) communication (berkomunikasi) dapat dimaknai sebagai kemampuan peserta didik dalam menyampaikan ide dan pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif.